Beranda | Artikel
Jalan Menuju Cinta Allah - Syaikh Khalid Ismail #NasehatUlama
Rabu, 31 Agustus 2022

Allah berfirman: “… Ketika seorang hamba senantiasa mendekatkan diri kepada-Ku
dengan melakukan amalan-amalan sunah, hingga Aku mencintainya, …” (HR. Bukhari)

Jadi, jalan menuju cinta Allah adalah dengan Anda bersungguh-sungguh
melakukan ibadah-ibadah sunah, setelah menyempurnakan yang wajib.
“… Ketika seorang hamba senantiasa mendekatkan diri kepada-Ku
dengan melakukan amalan-amalan sunah, hingga Aku mencintainya, …”

Ini menunjukkan kepada kita, bahwa bersungguh-sungguh
dalam ibadah sunah adalah salah satu tanda cinta seorang hamba kepada Tuhannya,
karena balasan akan serupa dengan perbuatannya.

Allah berfirman, “… hingga Aku mencintainya, …”
karena seorang hamba yang mencintai Tuhannya,
ia bersungguh-sungguh meraih rida-Nya dan melakukan ibadah sunah,
dia melawan nafsunya untuk melakukan sesuatu yang tidak Allah wajibkan baginya.

Ini menunjukkan betapa besar cintanya kepada Tuhannya,
karena salah satu tabiat manusia adalah menyibukkan diri dengan sesuatu yang dicintainya,
dan menghabiskan waktunya untuk melakukan apa yang disukainya.

Jadi, jika Anda dapati diri Anda bersemangat dalam melakukan ibadah-ibadah sunah,
ini adalah tanda keselamatan hati Anda,
dan cinta Anda kepada Allah, itulah mengapa Dia berfirman: “… hingga Aku mencintainya, …”
Inilah balasannya.

Inilah kenapa, orang yang menginginkan cinta Allah Ta’ālā,
hendaknya dia mengerjakan ibadah sunah dan bersemangat melakukannya.
“Sebaik-baik salat setelah salat wajib adalah Salat Malam.” (HR. Muslim)

Ini adalah salah satu amal ibadah yang paling agung yang akan mengantarkan seorang hamba pada kecintaan Allah,
karena sesuatu yang paling didambakan orang yang mencinta
adalah menyendiri dengan yang dia cintai,

dan menikmati khalwat bersamanya dan berbicara dengannya,
dan Salat Malam adalah kebahagiaan orang yang sedang mencintai-Nya
dan surga bagi orang yang merindukan-Nya,
karena Allah Ta’ālā turun ke langit dunia,

ketika sepertiga malam yang terakhir tersisa,
dan berfirman, “Adakah orang yang berdoa untuk Aku kabulkan baginya?
Adakah orang yang meminta untuk Aku berikan padanya?
Adakah yang memohon ampun untuk aku ampuni dia?” (HR. Ibnu Abi Syaibah)

Anda salat ketika tidak ada seorang pun yang melihat Anda,
dan menyendiri dengan Zat yang Anda cintai,
ketika Allah dekat dengan Anda.

Anda bermunajat kepada-Nya dalam salat Anda,
dan memperpanjang sujud Anda di hadapan-Nya.
“Sedekat-dekat seorang hamba dengan Tuhannya adalah ketika ia sujud.” (HR. Muslim)

Betapa banyak dalam salat ini terkandung nilai-nilai keimanan,
kedekatan dan cinta kepada Allah, serta kerinduan untuk berjumpa dengan-Nya.

=====

قَالَ: وَمَا يَزَالُ عَبْدِي يَتَقَرَّبُ إِلَيَّ

بِالنَّوَافِلِ حتَّى أُحِبَّهُ

فَطَرِيقُ مَحَبَّةِ اللهِ هُوَ أَنْ تُجَاهِدَ نَفْسَكَ

عَلَى نَوَافِلِ الْعِبَادَاتِ بَعْدَ إِتْقَانِ الْمَفْرُوضَاتِ

وَمَا يَزَالُ عَبْدِي يَتَقَرَّبُ إِلَيَّ

بِالنَّوَافِلِ حتَّى أُحِبَّهُ

وَهَذَا يَدُلُّنَا عَلَى أَنَّ مُجَاهَدَةَ النَّفْسِ

عَلَى النَّوَافِلِ هَذَا مِنْ عَلَامَاتِ مَحَبَّةِ الْعَبْدِ رَبِّهِ

لِأَنَّ الْجَزَاءَ مِنْ جِنْسِ الْعَمَلِ

قَالَ: حتَّى أُحِبَّهُ

لِأَنَّ الْعَبْدَ أَحَبَّ رَبَّهُ

فَجَاهَدَ نَفْسَهُ عَلَى مَرْضَاتِهِ وَعَلَى نَوَافِلِ الْعِبَادَاتِ

يُجَاهِدُ نَفْسَهُ عَلَى أُمُورٍ مَا فَرَضَهَا اللهُ عَلَيْهِ

فَهَذَا يَدُلُّ عَلَى شِدَّةِ مَحَبَّتِهِ لِلهِ

لِأَنَّ الْإِنْسَانَ مِنْ طَبْعِهِ أَنَّهُ يَنْشَغِلُ بِمَا يُحِبُّ

وَيَقْضِي وَقْتَهُ فِيمَا يُحِبُّ

فَإِذَا وَجَدْتَ مِنْ نَفْسِكَ إِقْبَالًا عَلَى النَّوَافِلِ

فَهَذَا مِنْ عَلَامَاتِ سَلَمَةِ قَلْبِكُمْ

وَمَحَبَّتِكَ لِلهِ وَلِهَذَا قَالَ: حَتَّى أُحِبَّهُ

هَذَا جَزَاؤُهُ

وَلِهَذَا مَنْ أَرَادَ مَحَبَّةَ اللهِ تَعَالَى

فَعَلَيْهِ بِالنَّوَافِلِ يُقْبِلُ عَلَى النَّوَافِلِ

أَفْضَلُ الصَّلَاةِ بَعْدَ الْفَرِيضَةِ صَلَاةُ اللَّيْلِ

وَهَذِهِ مِنْ أَعْظَمِ الْعِبَادَاتِ الَّتِي تُوْصِلُ الْعَبْدَ إِلَى مَحَبَّةِ اللهِ

لِأَنَّ أَحَبَّ شَيْءٍ عِنْدَ الْمُحِبِّ

أَنْ يَخْلُو بِمَحْبُوبِهِ

وَيَتَلَذَّذُ بِمُنَاجَاتِهِ وَالْخَلْوَةِ بِهِ

وَصَلَاةُ اللَّيْلِ هِيَ أُنْسُ الْمُحِبِّينَ

وَجَنَّةُ الْمُشْتَاقِّيْنَ

لِأَنَّ اللهَ تَعَالَى يَنْزِلُ إِلَى السَّمَاءِ الدُّنْيَا

حِينَ يَبْقَى ثُلُثُ اللَّيْلِ الْآخِرُ

وَيَقُوْلُ هَلْ مِنْ دَاعٍ فَأُسْتُجِيبَ لَهُ

هَلْ مِنْ سَائِلٍ فَأُعْطِيَهُ

هَلْ مِنْ مُسْتَغْفِرٍ فَأَغْفِرَ لَهُ

تَقُومُ مَا يَرَاهُ أَحَدٌ

تَخْلُو بِمَحْبُوبِكَ

وَاللهُ قَرِيبٌ مِنْكَ

وَتُنَاجِيهِ فِي صَلَاتِكَ

وَتُطِيلُ سُجُودَكَ بَيْنَ يَدَيْهِ

أَقْرَبُ مَا يَكُونُ العَبْدُ مِن رَبِّهِ وَهُوَ سَاجِدٌ

فَكَمْ فِي هَذِهِ الصَّلَاةِ مِنْ مَعَانِي الْإِيمَانِ

وَالْقُرْبِ مِنَ اللهِ وَمَحَبَّةِ اللهِ وَالشَّوْقِ لِلِقَائِهِ


Artikel asli: https://nasehat.net/jalan-menuju-cinta-allah-syaikh-khalid-ismail-nasehatulama/